Ahmadun juga pernah menjadi anggota Dewan Penasihat dan anggota Mejelis Penulis Forum Lingkar Pena (FLP). Tahun 2007 terpilih menjadi ketua umum Komunitas Cerpenis Indonesia (periode 2007-2010), tahun 2008 terpilih sebagai presiden (ketua umum) Komunitas Sastra Indonesia (KSI), sejak 1993 sampai 2009 menjadi redaktur sastra Republika, dan tahun 2010 menjadi ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Sejak 2007 ia juga menjadi “tutor tamu” untuk apresiasi dan pengajaran sastra Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) RI, dan sejak 2009 menjadi direktur Jakarta Publishing House, serta mengajar sastra dan jurnalistik di sejumlah perguruan tinggi.
Selain itu, ia juga sering menjadi ketua dan anggota dewan juri berbagai sayembara penulisan dan baca puisi tingkat nasional. Selain menulis puisi, Ahmadun banyak menulis cerpen dan esei, serta buku biografi tokoh, buku wisata, dan company profile. Karya-karyanya dipublikasikan di berbagai media sastra dan antologi puisi yang terbit di dalam dan luar negeri. Antara lain: Horison, Ulumul Qur’an, Kompas, Media Indonesia, Republika, Bahana (Brunei), antaologi puisi Secreets Need Words (Harry Aveling, ed, Ohio University, USA, 2001), Waves of Wonder (Heather Leah Huddleston, ed, The International Library of Poetry, Maryland, USA, 2002), Jurnal Indonesia and The Malay World (London, Ingris, November 1998), The Poets’ Chant (The Literary Section, Committee of The Istiqlal Festival II, Jakarta, 1995). Beberapa kali sajak-sajak Ahmadun dibahas dalam Sajak-Sajak Bulan Ini Radio Suara Jerman (Deutsche Welle).
Berikut 10 Puisi Ahmadun Yosi Herfanda yang bisa Sobat simak.
ZIKIR SEEKOR CACING
dalam duniamu aku cacing tak bermakna
yang melata dari lumpur ke lumpur
peradaban tanpa jiwa, yang menggeliat
di selokan-selokan kumuh kota, yang
bahagia ketika pohon-pohon berbunga
cobalah kaudengar zikirku, menetes
jadi madu di pucuk-pucuk akar pohon itu
kucangkul tanah keras jadi gembur
kurabuk ladang tanpa hara jadi subur
kubimbing akar-akar pohonan
menyusup sela-sela batu dan belukar
menghisap sari madu kehidupan
sedang aku cukup tumbuh
dari daun-daun gugur
di kota-kota padat beton dan baja
aku jadi penghuni tak berharga
tapi dengarlah kecipak ikan-ikan
bernyanyi atas kehadiranku
ketika tubuhku kurelakan
lumat jadi santapan
akulah si paling buruk rupa
diantara para kekasih dunia
namun syukurku tak tertahankan
ketika dapat ikut menyuburkan
taman bunga di beranda
1990
SUNGAI IMAN
sungai itu panjang sekali
mengalir ke dalam tubuhmu
dengan penuh cinta aku pun berlayar
bersenandung dalam konser ikan-ikan
sungai itu dalam sekali
berpusar dalam palung jiwamu
dengan penuh gairah aku pun menyelam
menangkap makna hidup pada mata kerang
sungai itu panjang sekali
di arusnya aku memburumu
tak sampai-sampai
1990
ZIKIR SEMUT
semut-semut pun kauanugerahi
sepercik cahaya pagi
hatinya yang kaucintai
terang dalam kegelapan hari
ketika cahaya langit mekar
berjuta semut berzikir
berderet di akar pohon
bagai beribu sufi
menyanyikan shalawat nabi
karena kauanugerahi kekuatan
semut-semut dengan ringan
memanjat ranting dan daun
meletakkan cintaku
di putik bunga
dan sang embun pun berkata:
barangsiapa tak kauanugerahi cahaya
akan tersuruk-suruk langkahnya
bagai semut kehilangan kepala
1990
RESONANSI BUAH APEL
buah apel yang kubelah dengan pisau sajak
tengadah di atas meja. Dan, dengan kerlingnya
mata pisau sajakku berkata, ”Lihatlah, ada puluhan
ekor ulat besar yang tidur dalam dagingnya!”
memandang buah apel itu aku seperti
memandang tanah airku. Daging putihnya
adalah kemakmuran yang lezat dan melimpah
sedang ulat-ulatnya adalah para pejabat
yang malas dan korup
tahu makna tatapanku pisau itu pun berkata,
”Kau lihat seekor ulat yang paling gemuk
di antara mereka? Dialah presidennya!”
buah apel dan ulat
ibarat negara dan koruptornya
ketika buah apel membusuk
ulat-ulat justru gemuk di dalamnya
Jakarta, 1999/2003
SEMBAHYANG RUMPUTAN
walau kaubungkam suara azan
walau kaugusur rumah-rumah tuhan
aku rumputan
takkan berhenti sembahyang
:inna shalaati wa nusuki
wa mahyaaya wa mamaati
lillahi rabbil ‘alamin
topan menyapu luas padang
tubuhku bergoyang-goyang
tapi tetap teguh dalam sembahyang
akarku yang mengurat di bumi
tak berhenti mengucap shalawat nabi
sembahyangku sembahyang rumputan
sembahyang penyerahan jiwa dan badan
yang rindu berbaring di pangkuan tuhan
sembahyangku sembahyang rumputan
sembahyang penyerahan habis-habisan
walau kautebang aku
akan tumbuh sebagai rumput baru
walau kaubakar daun-daunku
akan bersemi melebihi dulu
aku rumputan
kekasih tuhan
di kota-kota disingkirkan
alam memeliharaku subur di hutan
aku rumputan
tak pernah lupa sembahyang
:sesungguhnya shalatku dan ibadahku
hidupku dan matiku hanyalah
bagi Allah tuhan sekalian alam
pada kambing dan kerbau
daun-daun hijau kupersembahkan
pada tanah akar kupertahankan
agar tak kehilangan asal keberadaan
di bumi terendah aku berada
tapi zikirku menggema
menggetarkan jagat raya
: la ilaaha illalah
muhammadar rasululah
aku rumputan
kekasih tuhan
seluruh gerakku
adalah sembahyang
1992
DOA PEMBUKA
hanya milikmu cahaya pagi hingga senja
dan rahasia kegelapan ketika malam tiba
pada muhammad kauanugerahkan kemuliaan
pada sulaiman kaulimpahkan keberadaan
kau tunjukkan keindahanmu melalui yusuf
dan cinta kasihmu melalui isa
di hati kekasihmu sejati pun kautanam
rahasia kemakrifatan
kaujadikan perut burung-burung
kenyang ketika petang
dan lapar kembali ketika pagi
hingga terdengar selalu kicaunya
menghiasi kelompok hari yang terjaga
kaujadikan bintang-bintang
selalu bertasbih padamu
kauciptakan pohon-pohonan
selalu berzikir padamu
o, allah, anugerahi aku kesetiaan
tanganku menjadi tanganmu
kakiku menjadi kakimu
lidahku menjadi lidahmu
mataku menjadi matamu
telingaku menjadi telingamu
hatiku menjadi istanamu
:bumi dan langit tak mengandungku
tapi hamba berimanku mengandungku*
*dari Hadis Qudsi
dalam duniamu aku cacing tak bermakna
yang melata dari lumpur ke lumpur
peradaban tanpa jiwa, yang menggeliat
di selokan-selokan kumuh kota, yang
bahagia ketika pohon-pohon berbunga
cobalah kaudengar zikirku, menetes
jadi madu di pucuk-pucuk akar pohon itu
kucangkul tanah keras jadi gembur
kurabuk ladang tanpa hara jadi subur
kubimbing akar-akar pohonan
menyusup sela-sela batu dan belukar
menghisap sari madu kehidupan
sedang aku cukup tumbuh
dari daun-daun gugur
di kota-kota padat beton dan baja
aku jadi penghuni tak berharga
tapi dengarlah kecipak ikan-ikan
bernyanyi atas kehadiranku
ketika tubuhku kurelakan
lumat jadi santapan
akulah si paling buruk rupa
diantara para kekasih dunia
namun syukurku tak tertahankan
ketika dapat ikut menyuburkan
taman bunga di beranda
1990
SUNGAI IMAN
sungai itu panjang sekali
mengalir ke dalam tubuhmu
dengan penuh cinta aku pun berlayar
bersenandung dalam konser ikan-ikan
sungai itu dalam sekali
berpusar dalam palung jiwamu
dengan penuh gairah aku pun menyelam
menangkap makna hidup pada mata kerang
sungai itu panjang sekali
di arusnya aku memburumu
tak sampai-sampai
1990
ZIKIR SEMUT
semut-semut pun kauanugerahi
sepercik cahaya pagi
hatinya yang kaucintai
terang dalam kegelapan hari
ketika cahaya langit mekar
berjuta semut berzikir
berderet di akar pohon
bagai beribu sufi
menyanyikan shalawat nabi
karena kauanugerahi kekuatan
semut-semut dengan ringan
memanjat ranting dan daun
meletakkan cintaku
di putik bunga
dan sang embun pun berkata:
barangsiapa tak kauanugerahi cahaya
akan tersuruk-suruk langkahnya
bagai semut kehilangan kepala
1990
RESONANSI BUAH APEL
buah apel yang kubelah dengan pisau sajak
tengadah di atas meja. Dan, dengan kerlingnya
mata pisau sajakku berkata, ”Lihatlah, ada puluhan
ekor ulat besar yang tidur dalam dagingnya!”
memandang buah apel itu aku seperti
memandang tanah airku. Daging putihnya
adalah kemakmuran yang lezat dan melimpah
sedang ulat-ulatnya adalah para pejabat
yang malas dan korup
tahu makna tatapanku pisau itu pun berkata,
”Kau lihat seekor ulat yang paling gemuk
di antara mereka? Dialah presidennya!”
buah apel dan ulat
ibarat negara dan koruptornya
ketika buah apel membusuk
ulat-ulat justru gemuk di dalamnya
Jakarta, 1999/2003
SEMBAHYANG RUMPUTAN
walau kaubungkam suara azan
walau kaugusur rumah-rumah tuhan
aku rumputan
takkan berhenti sembahyang
:inna shalaati wa nusuki
wa mahyaaya wa mamaati
lillahi rabbil ‘alamin
topan menyapu luas padang
tubuhku bergoyang-goyang
tapi tetap teguh dalam sembahyang
akarku yang mengurat di bumi
tak berhenti mengucap shalawat nabi
sembahyangku sembahyang rumputan
sembahyang penyerahan jiwa dan badan
yang rindu berbaring di pangkuan tuhan
sembahyangku sembahyang rumputan
sembahyang penyerahan habis-habisan
walau kautebang aku
akan tumbuh sebagai rumput baru
walau kaubakar daun-daunku
akan bersemi melebihi dulu
aku rumputan
kekasih tuhan
di kota-kota disingkirkan
alam memeliharaku subur di hutan
aku rumputan
tak pernah lupa sembahyang
:sesungguhnya shalatku dan ibadahku
hidupku dan matiku hanyalah
bagi Allah tuhan sekalian alam
pada kambing dan kerbau
daun-daun hijau kupersembahkan
pada tanah akar kupertahankan
agar tak kehilangan asal keberadaan
di bumi terendah aku berada
tapi zikirku menggema
menggetarkan jagat raya
: la ilaaha illalah
muhammadar rasululah
aku rumputan
kekasih tuhan
seluruh gerakku
adalah sembahyang
1992
DOA PEMBUKA
hanya milikmu cahaya pagi hingga senja
dan rahasia kegelapan ketika malam tiba
pada muhammad kauanugerahkan kemuliaan
pada sulaiman kaulimpahkan keberadaan
kau tunjukkan keindahanmu melalui yusuf
dan cinta kasihmu melalui isa
di hati kekasihmu sejati pun kautanam
rahasia kemakrifatan
kaujadikan perut burung-burung
kenyang ketika petang
dan lapar kembali ketika pagi
hingga terdengar selalu kicaunya
menghiasi kelompok hari yang terjaga
kaujadikan bintang-bintang
selalu bertasbih padamu
kauciptakan pohon-pohonan
selalu berzikir padamu
o, allah, anugerahi aku kesetiaan
tanganku menjadi tanganmu
kakiku menjadi kakimu
lidahku menjadi lidahmu
mataku menjadi matamu
telingaku menjadi telingamu
hatiku menjadi istanamu
:bumi dan langit tak mengandungku
tapi hamba berimanku mengandungku*
*dari Hadis Qudsi
1989
SAJAK URAT LEHER
karena cinta tuhan meletakkan
dua malaikat di pundakmu
-inilah pengasuh-pengasuhmu
kata tuhan. sayap-sayapnya
bisa membawamu terbang ke langit
sekaligus berpijak di bumi lagi
engkau tak perlu takut
malaikat bukan polisi atau satpam
bersih dari amplop dan uang sogok
tak suka dijilat maupun menjilat
malaikat bersih dari nafsu-nafsu burukmu
karena cinta tuhan meletakkan
dua malaikat di pundakmu
karena cinta tuhan lebih dekat
dari urat lehermu
1990
DI BAWAH LANGIT MALAM
— purworejo
kucium kening bulan
dalam sentuhan dingin angin malam
ayat-ayat tuhan pun tak pernah bosan
memutar planet-planet dalam keseimbangan
langit yang membentang
menenggelamkanku ke jagat dalam
kutemukan lagi ayat-ayat tuhan
inti segala kekuatan putaran
jagad yang menghampar
membawaku ke singgasana rahasia
pusat segala energi dan cahaya
membebaskan jiwa
dari penjara kefanaannya
kucium lagi kening bulan
engkau pun tersenyum
dalam penyerahan
1983
REINKARNASI
kukembalikan dagingku pada ikan
kuserahkan darahku pada kerang
makanlah milikku, ambil seluruhku
kukembalikan tulangku pada tripang
jika aku mati
hanya tinggal tanah
jiwaku membumbung
ke kekosongan
bertahun-tahun aku mengail
berhutang nyawa pada ikan
berabad-abad aku minum
berhutang hidup pada laut
berwindu-windu aku berlari
berhutang api pada matahari
tiba saatnya nanti kukembalikan
semua hutangku pada mereka
kukembalikan jasadku pada tanah
sukmaku kembali ke tiada
: zat pemilik segalanya!
Jakarta, 1992
AYAT-AYAT ALAM
berabad-abad wajah tuhan bertaburan
jadi ayat-ayat alam yang berserak pada batu-batu
tiap perciknya menjelma wajah yang berbeda
berabad-abad wajah tuhan bertaburan
dalam serpihan cinta sekaligus sengketa
berabad-abad pula adam gelisah
mencoba menyatukan wajah tuhan
dalam gambaran seutuhnya. namun
selalu sia-sia ia. sebab, tuhan lebih suka
hadir dalam keelokan yang beraneka
pada keelokan pohon dan keindahan batu
pada keperkasaan ombak dan kediaman gunung
pada wajah suci seorang bayi dan hangat matahari
dan pada wajah manis seorang istri
tuhan hadir dalam senyum abadi
berabad-abad wajah tuhan bertebaran
pada ayat-ayat alam yang selalu
menemukan tafsir sendiri
Jakarta, 1995/2007
SAJAK URAT LEHER
karena cinta tuhan meletakkan
dua malaikat di pundakmu
-inilah pengasuh-pengasuhmu
kata tuhan. sayap-sayapnya
bisa membawamu terbang ke langit
sekaligus berpijak di bumi lagi
engkau tak perlu takut
malaikat bukan polisi atau satpam
bersih dari amplop dan uang sogok
tak suka dijilat maupun menjilat
malaikat bersih dari nafsu-nafsu burukmu
karena cinta tuhan meletakkan
dua malaikat di pundakmu
karena cinta tuhan lebih dekat
dari urat lehermu
1990
DI BAWAH LANGIT MALAM
— purworejo
kucium kening bulan
dalam sentuhan dingin angin malam
ayat-ayat tuhan pun tak pernah bosan
memutar planet-planet dalam keseimbangan
langit yang membentang
menenggelamkanku ke jagat dalam
kutemukan lagi ayat-ayat tuhan
inti segala kekuatan putaran
jagad yang menghampar
membawaku ke singgasana rahasia
pusat segala energi dan cahaya
membebaskan jiwa
dari penjara kefanaannya
kucium lagi kening bulan
engkau pun tersenyum
dalam penyerahan
1983
REINKARNASI
kukembalikan dagingku pada ikan
kuserahkan darahku pada kerang
makanlah milikku, ambil seluruhku
kukembalikan tulangku pada tripang
jika aku mati
hanya tinggal tanah
jiwaku membumbung
ke kekosongan
bertahun-tahun aku mengail
berhutang nyawa pada ikan
berabad-abad aku minum
berhutang hidup pada laut
berwindu-windu aku berlari
berhutang api pada matahari
tiba saatnya nanti kukembalikan
semua hutangku pada mereka
kukembalikan jasadku pada tanah
sukmaku kembali ke tiada
: zat pemilik segalanya!
Jakarta, 1992
AYAT-AYAT ALAM
berabad-abad wajah tuhan bertaburan
jadi ayat-ayat alam yang berserak pada batu-batu
tiap perciknya menjelma wajah yang berbeda
berabad-abad wajah tuhan bertaburan
dalam serpihan cinta sekaligus sengketa
berabad-abad pula adam gelisah
mencoba menyatukan wajah tuhan
dalam gambaran seutuhnya. namun
selalu sia-sia ia. sebab, tuhan lebih suka
hadir dalam keelokan yang beraneka
pada keelokan pohon dan keindahan batu
pada keperkasaan ombak dan kediaman gunung
pada wajah suci seorang bayi dan hangat matahari
dan pada wajah manis seorang istri
tuhan hadir dalam senyum abadi
berabad-abad wajah tuhan bertebaran
pada ayat-ayat alam yang selalu
menemukan tafsir sendiri
Jakarta, 1995/2007