Seorang pemuda sedang termenung, dia berpikir tentang filosofi hidup. Ada beberapa pertanyaan yang selalu menyumbat pikirannya. Semakin dipikir yang ditemukan malah kebuntuan. Ingin rasanya 'pertanyaan' itu segera mendapat jawaban.
Gerangan 'pertanyaan' apa yang sedang menghantui pikiran si pemuda ini.
Pertanyaan itu adalah:
Apakah takdir itu? Apa bukti kalau Allah itu ada? Dan kenapa Syaitan yang terbuat dari api kelak akan dimasukan ke dalam neraka yang penuh dengan api?
Untuk memenuhi rasa penasarannya itu, sebenarnya dia sudah sering mendatangi orang-orang pintar seperti profesor, doktor, guru dan sebagainya. Tapi walhasil tak satupun jawaban yang membuat dirinya merasa puas.
Suatu saat pada suatu kesempatan dia bertemu dengan seorang kyai. Maka dia langsung terpikir untuk menumpahkan semua pertanyaan-pertanyaan yang membenak di dirinya. Segeralah ia pergi menemui sang Kyai di pesantrennya.
Dengan antusias si pemuda segera membombardir Pak Kyai dengan pertanyaannya.
“Pak kyai, tolong beri penjelasan tentang pertanyaan-pertanyaan saya mengenai filosofi hidup. ”
“Baik...” kata pak kyai.
“Yang pertama, apakah takdir itu? Kedua, buktikan kalau Allah itu benar-benar ada? Yang terakhir, kenapa syaitan yang terbuat dari api kelak akan di masukan ke dalam neraka yang penuh dengan api”
Tak lama setelah si pemuda itu menyelesaikan pertanyaannya, tanpa diduga Pak kyai menampar pipi pemuda itu. Si pemuda kaget bukan main, lalu bertanya:
“Kenapa Pak kyai menampar saya? Apa salah saya?”
“Kenapa Pak kyai menampar saya? Apa salah saya?”
”Itulah jawaban atas semua pertanyaan Anda,” Jawab Pak Kyai tenang.
“Maksudnya?” Si pemuda kembali bertanya.
“Anda tahu tidak kalau saya akan menampar Anda?” Pak kyai balik bertanya.
“Tidak...!” Jawab Si pemuda masih terheran-heran.
“Dan itu terjadi kan?” Tanya Pak kyai sedikit mendesak.
“Iya...Pak Kyai.” Kata Si pemuda.
“Itulah TAKDIR, sebuah ketentuan dari Allah yang meskipun kita tidak tahu tapi semua itu pasti terjadi ”. Pak kyai menjelaskan.
“Lalu, untuk pertanyaan yang kedua dan ketiga?” Pinta Si pemuda.
“Waktu saya tampar, apa yang Anda rasakan?” Pak kyai bertanya.
“Sakit...Pak Kyai” Jawab si pemuda kalem.
“Lalu, apakah anda dapat melihat rasa sakit?” Pak kyai kembali bertanya.
“Tidak...” Jawab si pemuda lagi.
“Nah...seperti itulah hakikatnya Allah swt, tidak dapat dilihat tapi kita dapat merasakan, keberadaannya dapat kita rasakan melalui ciptaannya semesta alam ini ”
“Untuk pertanyaan yang ketiga, terdiri dari apakah tangan saya?” Pak kyai bertanya.
“Kulit, daging, dan sebagainya” Jawa si pemuda cepat.
“Lalu, apakah Anda merasakan sakit?” tanya Pak kyai kembali.
“Iya, saya merasakan sakit.” Si pemuda menjawab.
“Nah...seperti itulah, meskipun syaitan terbuat dari api tetapi jika dimasukkan ke dalam neraka syaitan pun akan merasakan panasnya api neraka ”.
Akhirnya si pemuda pun tertunduk dan menerima jawaban yang dikemukakan pak Kyai dengan lega. Terjawablah sudah semua pertanyaannya.
Akhirnya si pemuda pun tertunduk dan menerima jawaban yang dikemukakan pak Kyai dengan lega. Terjawablah sudah semua pertanyaannya.